Towards a Comprehensive System of Strategic Control
by:
John F. Preble
Oleh:
Ruddy Tri Santoso
NIM: T4209012
Program Doktor Ilmu Ekonomi
Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta
2010
Ø Strategic management berkembang dalam 25 tahun terakhir ini (Shrivastava, 1987) mulai dari model normatif yang terdiri dari: strategy formulation, strategy implementation dan strategy evaluation (control) (David et al.,1989).
Ø Figure 1 menunjukkan gambar proses management strategic tradisional.
Ø Evaluasi strategi adalah concern dengan proses kontrol tradisional termasuk review dan feedback dari kinerja untuk determinasi perencanaan strategis dan tujuan yang akan dicapai melalui informasi yang dihasilkan untuk memecahkan masalah dan mengoreksi langkah-langkah action-nya (Daft et al.,1984).
Ø Strategic control dapat didefinisikan sebagai evaluasi kritis dari perencanaan, kegiatan dan hasilnya yang menyediakan informasi untuk langkah-langkah ke depan (Schreyogg et al.,1987).
Ø Strategic control memerlukan pemeriksaan secara terus menerus dan evaluasi kritis tentang asumsi, plans, strategi, aktivitas dan hasil kondisi strategi; control dilakukan secara simultan dengan strategic planning.
Ø Didalam 3 step model strategic control (premise control, implementation control dan strategic surveillance) yang digambarkan dalam figure 2; premise control meliputi sistematika dan continuos cheeking kondisi lingkungan untuk melihat apakah perencanaan sebelumnya masih valid.
Ø Sebagai contoh dalam planning premise antara lain: tingkat inflasi yang diasumsikan, tingkat bunga, sifat kompetisi, dan lain-lain.
Ø Sedangkan comprehenship system of strategic control meliputi:
- Strategy formulation
- Strategic surveillance (yang memonitor aspek kejadian didalam dan diluar yang mengancam implementasi secara serius).
- Special alert control
- Premise control dan
- Implementation control
Ø Tujuan khusus dari komponen strategic control adalah untuk mendeterminasi kontinyunitas dasar apakah strategi harus dimodifikasi dengan adanya perubahan lingkungan.
Ø Keterbatasan dari strategic control dalam penerapan 3 – step model adalah dalam evaluasi yang jauh lebih detail dalam menganalisisnya. Hal ini harus dimulai dengan scanning lingkungan mulai dari awal (input) kemudian kronologis siklus perencanaan dan aturan-aturan dalam implementasi komponen strategic control.
Ø Scanning sistem terhadap lingkungannya merupakan hal yang ideal bagi fungsi kinerja strategic control sebagai komponen premise control dan strategic surveillance.
Ø Special alert control dan teknik implementasi merupakan sebuah alat dalam mengontrol pelaksanaan 3 – step model apabila dijumpai profatibilitas yang rendah.
Ø Kegiatan scanning lingkungan selama memformulasikan strategi merupakan sumber utama dalam strategic planning perusahaan. Premise control dapat merupakan komponen yang efisien bagi environmental monitoring.
Ø Monitoring meliputi identifikasi event sebelumnya, trend dan permintaan yang konstituen di awal scanning (formulasi strategi).
Ø Dengan demikian kebutuhan untuk investasi diperlukan analisis, planning dan birokrasi untuk implementasi premise tipe-tipe control sesuai keterbatasannya (Gould dan Quinn, 1990).
Ø Scanning terhadap lingkungan tidak boleh overload informasinya, tetapi harus mengikuti KSF yang akan fokus dalam premises (Pearce et al.,1988).
Ø Kesebelas strategic premises meliputi:
- GNP growth rate,
- Chemical industry growth rate,
- An increasingly litigious society,
- Social resistance to certain genetically,
- Engineered products
- Competitor actions,
- Strength of the dollar abroad
- Length of new product life cycle, etc
Ø Pertanyaan-pertanyaan mendasarnya adalah:
- Do we accept this premise?
- What preventive action can we take to make sure the premise holds?
- What will we do if the worst occurs (contingency thinking).
Ø Strategic surveillance di disain untuk memonitor seluruh emerging events yang berdampak dalam ancaman strategic action (Schreyogg dan Steinmann, 1987).
Ø Faktor eksternal dapat mempengaruhi efficacy melalui scanning lingkungan. Secara konseptual, tipe-tipe tersebut beranalogi untuk melakukan radar screening secara kontinyu dalam scanning ‘new images’ atau ‘blips’ on the screen (Wilson, 1983).
Ø Monitoring lingkungan sebagai mekanisme dari environmental scanning similar dengan strategic issues management, yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kinerja usaha.
Ø Dalam situasi mendasar ‘special alert control’ dibutuhkan agar lebih cepat dan mempertimbangkan kembali basic strategy-nya apabila terjadi ‘unexpected event’ (Pearce et al.,1988).
Ø ‘Special alert control’ merupakan subset dari strategic surveillance untuk review apabila terjadi kejadian yang tidak diharapkan (misal: hostile takeovers, teroris, dan lain-lain).
Ø ‘Crisis audit dapat membantu mengidentifikasi area tersebut terutama untuk menguji potensial kegagalan dalam human production, organizational, technological, social, political, dan macroeconomic system, internal/eksternal perusahaan.
Ø Effective crisis management dibutuhkan untuk merespons perubahan terutama dalam kondisi krisis sehingga harus menset up ‘crisis management team’ dengan komposisi dari masing-masing grup manager-nya yang disupport oleh CEO-nya untuk menghandle tekanan dan fleksibilitas/kreativitas dalam mengatasi krisis tersebut.
Ø Quarantelli (1988) merekomendasikan untuk menguji dan melatih kreativitas, imaginasi untuk deal dengan situasi eksternal yang tidak familiar dalam situasi krisis.
Ø Komunikasi
Ø Tabel 1 menunjukkan karakteristik dari komponen strategic control termasuk komponen-komponen tujuan, mekanisme, prosedur, fokus, sumber informasi dan personal-personal yang dipakai.
Ø Artikel ini merupakan pendekatan terhadap implementasi strategi dengan monitoring dan scanning lingkungan sebagai alat kontrol-nya dalam mengimplementasi premise control dan strategic surveillance.
Ø Strategic control mensyaratkan checking dan evaluasi kritis terhadap asumsi, strategi dan hasil yang kontinyu diharapkan dengan pengaruh kondisi internal dan eksternal yang dapat dianalisis secara rasional untuk melakukan improvent strategic management perusahaan sesuai perubahan kondisi internal dan eksternal lingkungannya.