Senin, 05 April 2010

AN EXAMINATION INTO THE CAUSAL LOGIC OF RENT GENERATION: CONTRASTING PORTER’S COMPETITIVE STRATEGY FRAMEWORK AND THE RESOURCES-BASED PERSPECTIVE

AN EXAMINATION INTO THE CAUSAL LOGIC OF RENT GENERATION: CONTRASTING PORTER’S COMPETITIVE STRATEGY FRAMEWORK AND THE RESOURCES-BASED PERSPECTIVE

by :

Yianis E. Spanos dan Spyros Lioukas (2001) –

Strategic Management Journal, Vol. 22, hal. 907-934

Direview Oleh:

Ruddy Tri Santoso

NIM: T4209012

Program Doktor Ilmu Ekonomi

Universitas Negeri Sebelas Maret

Surakarta

2010

A. PENDAHULUAN

Jurnal penelitian bertujuan untuk mengkaji ulang mengenai pertanyaan mendasar terkait aspek inti dalam manajemen strategik terutama yang mengacu pada dampak industri dan faktor spesifik bagi industri untuk memicu keunggulan kompetitif.

Kajian manajemen strategik terfokus pada orientasi untuk memacu keunggulan kompetitif. Williamson (1991) memaparkan 2 aspek penting yaitu: strategizing (fokus pada kekuatan pasar) dan economizing (fokus pada efisiensi).

Porter (1980,1985,1990, 1991) mengemukakan tentang konsep strategi yang mengadopsi perspektif O-I dalam struktur pasar yang berdampak pada kinerja.

Riset manajemen strategik pada kasus organisasi tradisional mengadopsi model Porter yang terkait dengan perspektif outside - inside dalam hubungannya dengan struktur pasar dan pengaruhnya terhadap kinerja. Pada kasus ini, korporasi dianggap sebagai suatu rangkaian kegiatan strategik untuk mendapatkan posisi terkuat pada struktur pasar yang ada dan sustainable perusahaan tergantung pada pengaruh competitive forces perusahaan (McGahan & Porter, 1997).

Di sisi lain, pendekatan berbasis sumber daya (RBV - resources-based) lebih mengacu pada sumber daya internal sebagai aset yang unik yang dimiliki korporasi dan merupakan postulat kinerja untuk mengontrol perusahaan.

Polemik tentang RBV vs Market Base Copnceptt memberikan efek pada identifikasi kinerja perusahaan yaitu pada strategi, industri dan assets perusahaan.

Hasil uji empiris menunjukkan bahwa antara industri dan level usaha secara signifikan mendeterminasi kinerja (Henderson & Michell, 1997).

Industry forces mempengaruhi kinerja pasar dan profitabilitas, assets perusahaan merupakan factor penunjang dalam arena persaingan pasar (kinerja pasar) dan akhirnya berpengaruh kepada profitabilitas.

Alasan mendasar pentingnya riset ini adalah mengkaji pengaruh industri vs kinerja secara spesifik yang masih sangat terbuka. Selain itu, aspek kajian teoritis juga sangat terbuka, isu manajerial terkait hal ini sangat penting dikaji secara intens, terutama pilihan antara orientasi perubahan pasar (market maneuvering) dan kemampuan membangun kekuatan internal (capabilities building).

Tujuan utama riset adalah untuk menguji temuan empiris yang mengacu pada kerangka kerja berbeda.

B. KERANGKA TEORITIS

Konsep teoritis dari organisasi industrial klasik mengasumsikan bahwa manajemen dalam suatu korporasi dipengaruhi tidak hanya oleh karakteristik dan struktur industri yang ada, tetapi juga aspek internal korporasi itu sendiri. Terkait ini, modifikasi kerangka kerja yang dikembangkan Porter (1980, 1985, 1990, 1991) menegaskan tentang sejumlah aspek utama yang perlu dipertimbangkan yaitu:

  1. Porter lebih memfokuskan pada internal korporasi dibanding dengan karakteristik – struktur industri yang ada. Hal ini bertentangan dengan karakteristik dalam berbagai tradisi riset yang berbasis manajemen strategik.
  2. Porter menganggap struktur industri bersifat eksogen dan hal ini berlawanan dengan penekanan pada riset teoritis berbasis IO tradisional.
  3. Porter meyakini bahwa untuk aspek lingungan (eksternal atau market environment) sebagian bersifat eksogen dan sebagian lainnya justru menjadi subyek yang dapat mempengaruhi kinerja korporasi.
  4. Kondisi intern korporasi mempengaruhi kinerja secara bersamaan dengan pengaruh struktur industri. Aspek utama yang memacu keunggulan kompetitif adalah biaya murah (low cost) yang tercipta melalui efisiensi - produktifitas dan juga diferensiasi.

Kerangka kerja keunggulan kompetitif Porter memandang korporasi sebagai satu kesatuan aktivitas. Di sisi lain, pada pendekatan berbasis sumber daya justru memadang korporasi sebagai kesatuan sumber daya yang bersifat unik. Mayoritas riset empiris yang mengacu kerangka kerja versi Porter menekankan pada hubungan antara kinerja dengan lingkungan dan sedikit saja riset yang menghubungkan antara atribut korporasi dengan kinerja. Fakta ini lebih didasarkan pada dua pertimbangan – asumsi yaitu:

1. Korporasi diidentikan dengan sumber daya yang bersifat strategis

2. Berbagai upaya untuk mengembangkan keberagaman sumber daya ternyata tak memiliki kesempatan untuk bisa dilakukan dalam jangka panjang terkait dengan mobilitas dari korporasi itu sendiri.

Kebalikan dari pandangan yang pertama diatas, dalam resources based view (RBV) bahwa fokus utamanya mengacu hubungan antara karakteristik internal korporasi dengan kinerja. Hal ini terkait dengan dua asumsi yaitu:

  1. Korporasi bersifat heterogen terutama dalam kaitan dengan sumber daya dan aspek kapabilitasnya.
  2. Sumber daya dan kapabilitas dalam korporasi mungkin tidak secara sempurna dapat mempengaruhi kinerja, terutama dikaitkan dengan keberagaman diantara komponen yang ada dalam korporasi.

Pada kerangka kerja Porter bahwa kinerja korporasi pada dasarnya merupakan fungsi dari struktur industri dan kondisi korporasi itu sendiri (dalam kasus ini misal terkait positioning atau penguasaan market share). Struktur industri berpengaruh terhadap keberlanjutan dari kinerja korporasi sementara positioning lebih mengacu kepada aspek kemampuan korporasi untuk memacu keunggulan kompetitif-nya dibanding pesaing. Pada saat korporasi berhasil mencapai dan atau mempertahankan positioning-nya maka secara tidak langsung berhasil meningkatkan penguasaan market share-nya dan jika ini berkelanjutan maka menciptakan keuntungan “monopoly-type”. Keuntungan ini bisa dalam bentuk:

  1. Kemampuan internal untuk bertahan dari ketatnya persaingan (Deffensive Effects atau juga disebut sebagai Direct Industry Effects)
  2. Kemampuan eksternal untuk memacu daya saing dari pesaing (Offensive Effects atau juga disebut sebagai Indirect Industry Effects)

Berbeda dari kerangka kerja versi Porter, bahwa RBV menganggap isu strategy-resources dan resources-performance sebagai komponen yang berkebalikan. Dalam pandangan versi tradisional yang kemudian diadopsi oleh RBV bahwa pemilihan dari suatu strategi tak bisa lepas dari proses evaluasi secara menyeluruh terhadap kemampuan sumber daya yang ada, terutama terkait dengan aspek kekuatan dan kelemahan. Penetapan suatu kebijakan stratejik tidak bisa rigid karena dipengaruhi oleh perubahan faktor lingkungan sehingga pemilihan kebijakan stratejiknya harus terus berubah dengan tetap dibatasi oleh kemampuan sumber daya yang dimiliki. Dari gambaran ini, maka kontras dengan versi Porter, bahwa sumber daya bersifat sangat bernilai dan mempengaruhi pilihan kebijakan stratejik yang dilakukan. Versi Porter, kebijakan stratejik menjadi faktor utama yang mempengaruhi kinerja dalam korporasi, bukannya sumber daya yang ada. Poin penting versi RBV bahwa sumber daya yang mendukung kinerja haruslah memiliki klasifikasi bernilai, langka, tidak bisa ditiru dan tidak bisa disubsitusi dengan sumber daya yang lain.

Mengacu dua pandangan diatas bahwa keduanya bisa bersinergi untuk menciptakan potensi keunggulan kompetitif secara berkelanjutan. Di sisi lain Wernerfelt (1984) meyakini bahwa versi Porter dan versi RBV ibarat dua sisi mata uang. Meski demikian, kolaborasi diantara keduanya sangatlah dimungkinkan yaitu memadukan antara monopoly-type (dari kerangka kerja Porter) dan efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya (dari RBV). Mengacu teoritis tersebut, maka model dalam penelitian ini terlihat pada gambar berikut:




C. MODEL, HIPOTESIS, METODOLOGI & HASIL

Dari model dalam gambar 1 menunjukan terdapat efek simultan pertama: tentang strategi (terkait dengan kinerja), kedua: industri dan ketiga: efek spesifik terhadap industri sehingga berpengaruh terhadap aspek keberlanjutan. Adapun hipotesa yang dikembangkan pada riset ini ada 2 yaitu:

H1 = kinerja korporasi dipengaruhi oleh keunggulan kompetitif yang berkelanjutan yang tergantung kepada dampak industri baik secara langsung atau tidak langsung.

H2 = kinerja korporasi dipengaruhi oleh keunggulan kompetitif yang berkelanjutan yang tergantung kepada dampak ketersediaan sumber daya dan kapabilitasnya baik langsung atau tidak langsung.

Penelitian ini dilakukan dengan eksploratori dengan mengacu sejumlah aspek penting yang menjadi pertimbangan utama yaitu:

  • Fokus riset ini pada perusahaan independen atau single business unit (SBU) dengan harapan agar dampak terhadap strategi dan kapabilitas bisa diukur independen.
  • Fokus pada single korporasi bisa memungkinkan untuk penentuan generalisasi hasil yang lebih baik.
  • Korporasi yang dipilih minimal memiliki karyawan 20 orang yang mencakup semua industri mulai dari industri makanan – pengolahan, industri baja serta furnitur.

Riset ini berusaha meningkatkan response rate yaitu lewat adopsi – modifikasi dari Dilman (1978) yang disebut “Total Design Method”. Proses yang dilakukan yaitu melakukan dua kali pre-test atas instrumen yang dipilih dengan melibatkan CEO dan diskusi mendalam yang melibatkan akademisi. Total ada 187 CEO yang terlibat dengan response rate = 17% karena hanya 147 kuesioner yang bisa digunakan. Dari jumlah tersebut, rata-rata karyawan di setiap industri mencapai 160 orang.

Dalam riset ini, untuk pengukuran konstruk mengacu pada sejumlah riset sebelumnya atau mengadopsi yaitu misalnya:

§ Kemampuan organisasional mengacu pada argumen Teece, et.al. (1997)

§ Kemampuan marketing mengacu pada argumen Lado, Boyd, dan Wright (1992)

§ Kemampuan teknikal mengacu pada argumen Leonard-Barton (1995)


Hasil analisis menunjukan model representatif menunjukan aspek interaksi (dari chi-square value = 19.257 dengan df = 12). Hasil analisis menunjukan bahwa strategi perusahaan yang dijabarkan dalam H1 dan 2 konsisten signifikan berpengaruh positif terhadap keberhasilan perusahaan, meskipun hanya terhadap kinerja pasar dan tidak terhadap profitabilitas (lihat tabel 1). Temuan lain bahwa keberhasilan perusahaan, kecuali positioning-nya, ternyata juga tergantung oleh dampak industri, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu, pengaruh signifikan dampak industri terhadap profitabilitas hanya didapatkan pada sisi kekuatan supplier (tabel 3).

Dari tabel 2 menunjukan bahwa aset perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap konfigurasi dari aktivitas strategik yang dilakukan perusahaan. Secara umum, hasil riset ini menunjukan bahwa profitabilitas dipengaruhi oleh struktur elemen industri, baik itu secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu kekuatan supplier dan kinerja pasar secara umum. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa kinerja pasar secara umum adalah menjadi kunci utama bagi profitabilitas, terutama mengacu pada sampel yang diambil dalam riset ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar